Langsung ke konten utama

Keberpihakan




yuuk.. simak tulisan bang Presnas Fossei tentang ini... semoga menginspirasi..

Duhai sahabat, dan ingatlah kisah Ibrahim a.s dengan Burung Hud-Hud. Sungguh terdapat hikmah yang luar biasa tentang kisah ini. Alkisah ketika Nabi Ibrahim dibakar, terlihat seekor burung Hud Hud yang sibuk terbang kesana kemari mencari air. Ketika dia menemukan sumber air, dengan paruhnya yang kecil, dia membawa air dan menyiramkan keatas api yang berkobar membakar Ibrahim.

Burung lain heran dan mempertanyakan bagaimana mungkin air itu mampu memadamkan api tersebut? Burung Hud Hud menjawab "Aku tahu air ini takkan mampu memadamkan api yang membakar Ibrahim. tapi aku tak peduli. Yang penting aku dapat membuktikan di mana aku berpihak. Air ini juga nanti akan bersaksi di hadapan Tuhan bahwa aku telah berbuat semaksimal untuk memadamkan api tersebut".
Sebuah keberpihakan, ya sebuah keberpihakan yang mungkin sudah jarang kita temukan di zaman sekarang. Berapa banyak orang yang mengerti, berilmu, dan paham namun enggan untuk mengatakan yang haq kemudian tenggelam dalam arus apatisme. Berapa jumlah ummat Islam di Indonesia? Dan berapa ummat Islam yang ada di dunia? Agama Islam menjadi agama yang mayoritas, agama yang terbanyak pengikutnya. Namun apatisme, "bodo amat", "emang gue pikirin" sudah menjadi hal yang lumrah dengan individualisme yang tinggi.
Peradaban Islam tak akan dapat berdiri tanpa pasir peradaban, bata peradaban, pondasai peradaban, dan seluruh komponen peradaban yang saling melengkapi. Pembumian ekonomi Islam tidak akan terwujud tanpa manusia-manusia yang berjuang di posanya masing-masing. Sekecil apapun daya usaha seseorang terhadap peradaban Islam, telah menunjukkan dimana ia telah berpihak.
Oleh karena itu, yang mempunyai kelebihan harta mari berjuang dengan hartanya. Yang mempunyai tenanga mari berjuang dengan tenaganya. Yang mempunyai pikiran mari berjuang dengan pikirannya. Yang mempunyai waktu mari berjuang dengan waktunya. Dan ada satu hal yang sangat mudah untuk menentukan di mana kita berpihak, yaitu doa.
Setiap orang mempunyai kesempatan untuk berdoa, bermunajat kepada Sang Penguasa. Doa, sebuah lantunan ikhlas dari seorang hamba kepada Penciptanya. Dan setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk berdoa. Sudahkah kita berdoa untuk kebangkitan peradaban Islam, sudahkah kita berdoa untuk pembumian ekonomi Islam?
"Faman ya'mal mitsqala dzarratin khairan yarrah, waman ya'mal mitsqala dzarratin syarran yarrah." Seburuk atau sebaik apapun perbuatan seorang manusia meski sekecil biji sawi kelak akan diperlihatkan kepadanya. Sungguh setiap orang tidak mempunyai apapun kecuali apa yang ia usahakan, dan usahanya itu kelak akan diperlihatkan kepadanya.
Sekecil apapun kontribusi seseorang, tidak akan merubah kedudukannya bahwa ia telah menentukan keberpihakannya. Selanjutnya, marilah kita perbesar keberpihakan kita terdahap kebangkitan peradaban Islam dan terhadap pembumian ekonomi Islam.
Karena kita tidak cukup untuk bergerak, namun juga harus menggerakkan. Karena ktia tidak cukup untuk berjuang, namun juga harus memperjuangkan. Karena kita tidak cukup untuk hidup, namun juga harus menghidupi.
Bandu, bahu, pikir, lek perlu sak nyawane pisan!
Al Haqqu min rabbika, fa laa takunanna minal mumtariin.
Walahu A'lam
Jabbar Sambudi ll Presnas FoSSEI

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENDEKATAN DALAM MENGEMBANGKAN AKUNTANSI SYARIAH

PENDEKATAN DALAM MENGEMBANGKAN AKUNTANSI SYARIAH Pendekatan Induktif Berbasis Akuntansi Kontemporer Pendekatan   ini   biasa   disingkat   dengan   pendekatan      induktif,      yang dipelopori   oleh   AAOIFI   (Accounting   and   Auditing   Organization   for   Islamic Financial Institution). Pendekatan ini menggunakan tujuan akuntansi keuangan Barat yang sesuai dengan organisasi bisnis Islam dan mengeluarkan bagian yang bertentangan dengan ketentuan syariah. Argumen yang mendukung pendekatan ini menyatakan bahwa pendekatan ini dapat diterapkan dan relevan dengan intitusi yang   memerlukannya.   Selain   itu,   pendekatan   ini   sesuai   dengan   prinsip   ibaha (boleh)   yang   menyatakan   bahwa   segala   sesuatu   yang   terkait   dalam   bidang muamalah boleh dilakukan sepanjang tidak ada larangan yang menyatakannya. Adapun argumen yang menentang pendekatan ini menyatakan bahwa ini tidak bisa diterapkan pada masyarakat   yang kehidupannya wajib berlandaskan pada wahyu

HUBUNGAN PERADABAN ISLAM DENGAN BUKU PACIOLI

HUBUNGAN PERADABAN ISLAM DENGAN BUKU PACIOLI Sejak abad VIII, Bangsa Arab berlayar sepanjang pantai Arabi dan India, singgah di Italia dan menjual barang dagangan yang mewah yang tidak diproduksi oleh Eropa. Buku Pacioli di dasarkan pada tulisan Leonard of Piza, orang Eropa pertama yang menerjemahkan buku Algebra (pada saat itu ditulis dalam bahasa Arab), yang berisikan dasar-dasar mengenai bookkeeping. Bookkeeping sebenarnya telah dipraktekkan pertama kali oleh para pedagang dan berasal dari Mesir.   Pada   akhir   abad   XV,   Eropa   mengalami   standstill   dan   tidak   dapat ditemukan adanya kemajuan yang berarti dalam metode akuntansi.              Istilah    Zornal    (sekarang   journal)    telah    lebih    dahulu    digunakan    oleh kekhalifahan Islam dengan Istilah Jaridah untuk buku catatan keuangan. Double entry   yang   ditulis   oleh   Pacioli,   telah   lama   dipraktekkan   dalam   pemerintahan Islam. Dari runtutan penjelasan di atas, jelaslah bahwa akuntansi d

Riba dalam Perspektif non-Muslim

                 Meskipun istilah riba disebut di dalam Al-Qur’an, namun istilah tersebut tidak terdapat penjelasan secara detail dalam praktik Rasulullah SAW. Hal ini didasarkan atas dua alasan. Pertama, bahwa ayat yang berkaitan dengan riba diturunkan pada akhir kehidupan Rasulullah SAW sehingga tidak banyak contoh kasus orang-orang yang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang istilah tersebut. Kedua, riba merupakan istilah yang telah mapan dan terkenal pada saat pewahyuannya dan karena itu Rasulullah tidak merasa adanya kebutuhan akan penjelasan atau elaborasi lebih lanjut. Secara literal, riba merupakan istilah dalam bahasa Arab yang berarti kelebihan, tambahan. Kata kerja yang berkaitan dengan kata ini berarti; meningkatkan, melipatgandakan, melebihkan, mengambil lebih dari yang seharusnya, atau melakukan praktik peminjaman uang dengan tingkat bunga tinggi. Menurut Lane, istilah riba bermakna:             “meningkatkan, memperbesar, menambah, tambahan terlarang, menghasil