Ekonomi Mikro Islam
Latar Belakang
Ruang Lingkup Ekonomi Mikro
Pada dasarnya ruang lingkup ekonomi mikro sama dengan konsep dasar ekonomi mikro pada sistem ekonomi konvensional. Dimulai dari pembahasan dan kerangka dasar. Dalam ekonomi mikro konvensional, terdapat filosofi bahwa ekonomi muncul karena adanya kelangkaan (scarcity). Kelangkaan ini bermula pada kebutuhan manusia pada dasarnya. Dimana yang pertama kali mucul antara kegiatan ekonomi, sistem ekonomi, dan ilmu ekonomi adalah kegiatan ekonomi. Sebab kegiatan ekonomi inilah yang menjadi awal mula manusia untuk bertahan hidup.
Sejak zaman prasejarah, sudah terdapat kegiatan ekonomi dimulai dengan barter dan pra barter. Pra barter dimulai ketika manusia telah berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan usaha yang ada. Dilanjukan dengan transaksi barter, ditransaksi inilah terjadi kegiatan ekonomi berupa pertukaran barang untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan dari transaksi pra barter dan barter ini adalah untuk memenuhi kebutuhan yanag ada. Namun terlepas dari kebutuhan, ada tujuan lebih yang harus dipenuhi, yaitu unuk memenuhi keinginan (kepuasan). Disinilah muncul gap dalam ekonomi. Dimana keinginan cenderung tidak terbatas dan adanya anggapaa bahwa sumber daya atau alat pemuas kebutuhan adalah terbatas.
Cakupan Ilmu Ekonomi Mikro
Ilmu ekonomi mencakup seluruh aspek kehidupan. Bukan hanya indvidu (mikro), akan tetapi juga kehidupan kelompok (makro). Baik dalam ekonomi mikro konvensionl maupun mikro islam, secara garis besar sama-sama mencakup akan permintaan, penawaran, konsumsi, maupun produksi.
Produksi Ekonomi Mikro Konvensional
Dengan pengertian dasar, bahwa produksi merupakan kegiatan menghasilkan atau membuat nilai guna dengan faktor produksi yang ada untuk memenuhi kebutuhan
Bersifat materialistik
Tujuan utama mencari kepuasan (dalam artian ekonomi modern)
Mengutamakan maksimum profit (keuntungn yang maksimal)
Demi mencapai tujuan mencari keuntungan yang maksimal, maka akan ada kecenderungan untuk menghalalkan segara cara, mengabaikan norma, mengabaikan moralitas, dan kepedulian sosial
Berprinsip 3P (profit, profit, and profit)
Kepemilikan bersifat mutlak (kekuasaan atas modal)
Cendeung adanya monopoli (siapa yang mempunyai modal dan kekayaan akan menjadi penguasa atau yang terkuat)
Menerapkan sistem bunga
Ekonomi Mikro Islam
Dengan pengertian dasar, bahwa produksi merupakan kegiatan menghasilkan atau membuat nilai guna dengan faktor produksi yang ada untuk memenuhi kebutuhan
Tidak bersifat materialistik
Berprinsip pada 3P (profit, people, and planet)
Cenderung pada green economic (lingkungan), CSR (sosial), serta SDGs (keberlanjutan dan pertumbuhan)
Tidak adanya kepemilikan mutlak (bersifat hanya relatif)
Berkonsep bukan sebagai pemilik, tetapi pengelola
Menyadari pada dasarnya sebagai kholifah, dan menyadari bahwa segalanya akan dimintai pertanggungjawaban
Mengutamakan unsur kepedulian dengna adanya ZISWAF (kepedulian yang paling penting dan paling seimbang)
Tidak adanya monopoli kekayaan, karena tigkat kekayaan yang tinggi pasti akan diimbangi dengan tingkat kepedulian (zakat) yang tinggi pula
Dalam ekonomi islam, tidak adanya larangan untuk mencari keuntungan yang maksimal. Akan tetapi cara yang digunakan untuk mendapatkannya juga harus sesuai dengan syariat dan diimbangi dengan berbagi melalui ZISWAF
Dalam ekonomi lslam, bukan hanya sekedar laba yang diutamakan. Akan tetapi dalam laba yang dihasilkan, terdapat pula unsur berkah yang diperolah (maslahah)
Secara sederhana, jika dalam eknomi konvensional yang didapatkan hanya laba maka di ekonmi islam yang didapatkan bukan hanya laba semata. Akan tetapi laba dan keberkahan didalamnya
Konsumsi Ekonomi Konvensional
Mengorientasikan pada maksimum utility (kepuasan maksimal)
Dimana untuk mendapatkan maksimum utility, ada dua kemungkinan (mencari kualitas yang bagus dan mencari volume yang banyak)
Berdasarkan pada rasio pemikiran manusia
Dengan aggapaan bahwa semakin tinggi pendapatan maka akan semakin tinggi pula ingkat konsumsinya
Konsumsi Ekonomi Islam
Berpegang pada dalil, bahwasannya hidup tidak boleh boros
Dengan anggapan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan, maka sebisa mungkin tingkat konsumi tetap. Dengan tingkat konsumsi yang tetap, maka peluang untuk berbagi akan semakin tinggi
Tingkat kebahagiaan tidak bias diukur hanya dengan seberapa besar tingkat pendapatan dan konsumsi seseorang
Tujuannya adalah maqasid syariah, dengan menjaga Diin, Aql, Maal, Nafh, dan Nash
Pertanyaan:
Dalam pengelolaan ZISWAF , haruskan ada lembaga khusus yang mengaturnya dan apakah negara juga harus terlibat dalam pengelolannya?
Pengembangan misi berdasarkan pada pajak yang diterima negara, sedangkan dalam pengembangan manusiawinya berdasarkan pada ZISWAF. Maka dari itu, pengembangan dan pengelolaan ZISWAF harus dikelola oleh lembaga yang berhak dan didorong serta didukung oleh berbagai pihak tidak terkecuali pemerintah (negara)
Bagaimana dalam ekonomi agar tidak hanya berpatok pada perbankan syariah?
Pengembagan infratruktur syariah dalam lembaga keuagan saat ini lebih diarahkan pada ZISWAF. Karena pada dasarnya mekanisme dari banak syariah pun masih menerapkan profit oriented, dan belum sepenuhnya bagi hasil. Karena jika tejadi kerugian, peminjam masih tetap harus mengganti kerugian tersebut. Sedangkan jika berdasarkan pada ZISWAF dengan adanya bank wakaf, telah condong pada bagi hasil. Sebab harta yang digunakan berupa wakaf tidak terikat pada keuntungan. Sehingga antara keuntungan dan kerugian akan ditangung oleh kedua belah pihah.
Bagaimana solusi agar tidak terdoktrin pada sistem konvensional (kapitalisme)?
Memaknai kembali bahwasannya ekonomi islam adalah sistem ekonomi yang bersumber dari agama islam. Agama islam harus dijalani sebagai ways of life bukan hanya sakedar ibadah ritual. Semua yang ada telah diatur dalam Al Qur’an.
Latar Belakang
Ruang Lingkup Ekonomi Mikro
Pada dasarnya ruang lingkup ekonomi mikro sama dengan konsep dasar ekonomi mikro pada sistem ekonomi konvensional. Dimulai dari pembahasan dan kerangka dasar. Dalam ekonomi mikro konvensional, terdapat filosofi bahwa ekonomi muncul karena adanya kelangkaan (scarcity). Kelangkaan ini bermula pada kebutuhan manusia pada dasarnya. Dimana yang pertama kali mucul antara kegiatan ekonomi, sistem ekonomi, dan ilmu ekonomi adalah kegiatan ekonomi. Sebab kegiatan ekonomi inilah yang menjadi awal mula manusia untuk bertahan hidup.
Sejak zaman prasejarah, sudah terdapat kegiatan ekonomi dimulai dengan barter dan pra barter. Pra barter dimulai ketika manusia telah berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan usaha yang ada. Dilanjukan dengan transaksi barter, ditransaksi inilah terjadi kegiatan ekonomi berupa pertukaran barang untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan dari transaksi pra barter dan barter ini adalah untuk memenuhi kebutuhan yanag ada. Namun terlepas dari kebutuhan, ada tujuan lebih yang harus dipenuhi, yaitu unuk memenuhi keinginan (kepuasan). Disinilah muncul gap dalam ekonomi. Dimana keinginan cenderung tidak terbatas dan adanya anggapaa bahwa sumber daya atau alat pemuas kebutuhan adalah terbatas.
Cakupan Ilmu Ekonomi Mikro
Ilmu ekonomi mencakup seluruh aspek kehidupan. Bukan hanya indvidu (mikro), akan tetapi juga kehidupan kelompok (makro). Baik dalam ekonomi mikro konvensionl maupun mikro islam, secara garis besar sama-sama mencakup akan permintaan, penawaran, konsumsi, maupun produksi.
Produksi Ekonomi Mikro Konvensional
Dengan pengertian dasar, bahwa produksi merupakan kegiatan menghasilkan atau membuat nilai guna dengan faktor produksi yang ada untuk memenuhi kebutuhan
Bersifat materialistik
Tujuan utama mencari kepuasan (dalam artian ekonomi modern)
Mengutamakan maksimum profit (keuntungn yang maksimal)
Demi mencapai tujuan mencari keuntungan yang maksimal, maka akan ada kecenderungan untuk menghalalkan segara cara, mengabaikan norma, mengabaikan moralitas, dan kepedulian sosial
Berprinsip 3P (profit, profit, and profit)
Kepemilikan bersifat mutlak (kekuasaan atas modal)
Cendeung adanya monopoli (siapa yang mempunyai modal dan kekayaan akan menjadi penguasa atau yang terkuat)
Menerapkan sistem bunga
Ekonomi Mikro Islam
Dengan pengertian dasar, bahwa produksi merupakan kegiatan menghasilkan atau membuat nilai guna dengan faktor produksi yang ada untuk memenuhi kebutuhan
Tidak bersifat materialistik
Berprinsip pada 3P (profit, people, and planet)
Cenderung pada green economic (lingkungan), CSR (sosial), serta SDGs (keberlanjutan dan pertumbuhan)
Tidak adanya kepemilikan mutlak (bersifat hanya relatif)
Berkonsep bukan sebagai pemilik, tetapi pengelola
Menyadari pada dasarnya sebagai kholifah, dan menyadari bahwa segalanya akan dimintai pertanggungjawaban
Mengutamakan unsur kepedulian dengna adanya ZISWAF (kepedulian yang paling penting dan paling seimbang)
Tidak adanya monopoli kekayaan, karena tigkat kekayaan yang tinggi pasti akan diimbangi dengan tingkat kepedulian (zakat) yang tinggi pula
Dalam ekonomi islam, tidak adanya larangan untuk mencari keuntungan yang maksimal. Akan tetapi cara yang digunakan untuk mendapatkannya juga harus sesuai dengan syariat dan diimbangi dengan berbagi melalui ZISWAF
Dalam ekonomi lslam, bukan hanya sekedar laba yang diutamakan. Akan tetapi dalam laba yang dihasilkan, terdapat pula unsur berkah yang diperolah (maslahah)
Secara sederhana, jika dalam eknomi konvensional yang didapatkan hanya laba maka di ekonmi islam yang didapatkan bukan hanya laba semata. Akan tetapi laba dan keberkahan didalamnya
Konsumsi Ekonomi Konvensional
Mengorientasikan pada maksimum utility (kepuasan maksimal)
Dimana untuk mendapatkan maksimum utility, ada dua kemungkinan (mencari kualitas yang bagus dan mencari volume yang banyak)
Berdasarkan pada rasio pemikiran manusia
Dengan aggapaan bahwa semakin tinggi pendapatan maka akan semakin tinggi pula ingkat konsumsinya
Konsumsi Ekonomi Islam
Berpegang pada dalil, bahwasannya hidup tidak boleh boros
Dengan anggapan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan, maka sebisa mungkin tingkat konsumi tetap. Dengan tingkat konsumsi yang tetap, maka peluang untuk berbagi akan semakin tinggi
Tingkat kebahagiaan tidak bias diukur hanya dengan seberapa besar tingkat pendapatan dan konsumsi seseorang
Tujuannya adalah maqasid syariah, dengan menjaga Diin, Aql, Maal, Nafh, dan Nash
Pertanyaan:
Dalam pengelolaan ZISWAF , haruskan ada lembaga khusus yang mengaturnya dan apakah negara juga harus terlibat dalam pengelolannya?
Pengembangan misi berdasarkan pada pajak yang diterima negara, sedangkan dalam pengembangan manusiawinya berdasarkan pada ZISWAF. Maka dari itu, pengembangan dan pengelolaan ZISWAF harus dikelola oleh lembaga yang berhak dan didorong serta didukung oleh berbagai pihak tidak terkecuali pemerintah (negara)
Bagaimana dalam ekonomi agar tidak hanya berpatok pada perbankan syariah?
Pengembagan infratruktur syariah dalam lembaga keuagan saat ini lebih diarahkan pada ZISWAF. Karena pada dasarnya mekanisme dari banak syariah pun masih menerapkan profit oriented, dan belum sepenuhnya bagi hasil. Karena jika tejadi kerugian, peminjam masih tetap harus mengganti kerugian tersebut. Sedangkan jika berdasarkan pada ZISWAF dengan adanya bank wakaf, telah condong pada bagi hasil. Sebab harta yang digunakan berupa wakaf tidak terikat pada keuntungan. Sehingga antara keuntungan dan kerugian akan ditangung oleh kedua belah pihah.
Bagaimana solusi agar tidak terdoktrin pada sistem konvensional (kapitalisme)?
Memaknai kembali bahwasannya ekonomi islam adalah sistem ekonomi yang bersumber dari agama islam. Agama islam harus dijalani sebagai ways of life bukan hanya sakedar ibadah ritual. Semua yang ada telah diatur dalam Al Qur’an.
IEC (Islamic Economic Class)
Kamis, 10 Oktober 2019
Pembicara Bapak Ubaedul Mustofa S.H.I M.S.I
Kamis, 10 Oktober 2019
Pembicara Bapak Ubaedul Mustofa S.H.I M.S.I
Komentar