Langsung ke konten utama

Last journey in Yogyakarta



“uthlubul ‘ilma walau fi shiin.. Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China”
       Ungkapan tersebut seolah menjadi semangat petualangan kami, para Esya Fighter saat itu. hari itu, Sabtu, 27 Agustus 2016 KSEI FE Unnes usai melaksanakan studi banding di kota Pelajar, Yogyakarta. Destinasi utamanya ialah mengunjungi IESC (Islamic Economic Study Club) FE UII (Universitas Islam Indonesia) di Yogyakarta. Bukan hanya semangat menuntut ilmu yang kami bawa. Tetapi juga ruh untuk merajut ukhuwah dengan saudara seperjuangan yang menggebu. Kami menyadari bahwa perjuangan menegakkan dakwah ekonomi Syariah bukan hanya ada di pundak kami, KSEI Unnes. Tetapi di luar sana ada saudara kami yang se-visi dengan kami, sehingga menjadi kebutuhan kami untuk saling bersilaturahim dan bertukar pikiran demi kemajuan visi dakwah kami.Selama satu hari penuh, yaitu mulai pukul 07.00 sampai 19.00, KSEI mengunjungi 3 tempat yang ada di Yogyakarta. Yakni UII, tempat pembuatan Bakpia khas Yogya serta trips to Malioboro. 
       Di UII, kami disambut baik oleh para pengurus IESC. Studi banding tersebut terdiri dari beberapa sesi, yakni pemaparan masing-masing profil organisasi baik dari KSEI Unnes maupun IESC UII, dilanjutkan Tanya jawab dan diskusi. Banyak pelajaran yang dapat kami ambil dari kegiatan studi banding tersebut. untuk KSEI FE Unnes khususnya, di mana usia kami telah menginjak belasan tahun sejak awal berdiri perlu optimalisasi peran dalam membawa tanggungjawab dakwah Ekonomi Islam ini. di samping itu, kajian dan diskusi strategis sangat perlu dihidupkan dan dirutinkan, sebab disitulah ruh gerakan kami. Sebagai lembaga ilmiah, KSEI juga harus membuktikan eksistensinya melalui tulisan, karya ilmiah maupun penelitian yang mampu memberikan kontribusi positif bagi disiplin ilmu kami.
         Baik dari KSEI Unnes maupun IESC UII begitu antusias saat sesi sharing dan Tanya jawab. Sebab masing-masing dari keduanya memiliki kelebihan di sisi tertentu dan kekurangan di sisi yang lain, sehingga dari sesi tersebut keduanya berharap dapat melakukan evaluasi serta perbaikan untuk kepengurusan ke depannya. Usai acara inti studi banding di IESC UII, para fungsionaris KSEI Unnes melanjutkan perjalanannya ke pabrik pembuatan oleh-oleh khas Jogjakarta, yakni bakpia. Selanjutnya, perjalanan kala itu ditutup dengan merasakan hiruk pikuk kota Yogyakarta di Malioboro. dan.. Alhamdulillah, our trip had doneWe realize that our journey was so short, but it was be unforgettable moment for us. Keep spirit, Esya Fighter!! KSEI 2016, Progresif……!!!!
#latepost
#stuba2016


berikut dokumentasi studi banding 2016





Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENDEKATAN DALAM MENGEMBANGKAN AKUNTANSI SYARIAH

PENDEKATAN DALAM MENGEMBANGKAN AKUNTANSI SYARIAH Pendekatan Induktif Berbasis Akuntansi Kontemporer Pendekatan   ini   biasa   disingkat   dengan   pendekatan      induktif,      yang dipelopori   oleh   AAOIFI   (Accounting   and   Auditing   Organization   for   Islamic Financial Institution). Pendekatan ini menggunakan tujuan akuntansi keuangan Barat yang sesuai dengan organisasi bisnis Islam dan mengeluarkan bagian yang bertentangan dengan ketentuan syariah. Argumen yang mendukung pendekatan ini menyatakan bahwa pendekatan ini dapat diterapkan dan relevan dengan intitusi yang   memerlukannya.   Selain   itu,   pendekatan   ini   sesuai   dengan   prinsip   ibaha (boleh)   yang   menyatakan   bahwa   segala   sesuatu   yang   terkait   dalam   bidang muamalah boleh dilakukan sepanjang tidak ada larangan yang menyatakannya. Adapun argumen yang menentang pendekatan ini menyatakan bahwa ini tidak bisa diterapkan pada masyarakat   yang kehidupannya wajib berlandaskan pada wahyu

HUBUNGAN PERADABAN ISLAM DENGAN BUKU PACIOLI

HUBUNGAN PERADABAN ISLAM DENGAN BUKU PACIOLI Sejak abad VIII, Bangsa Arab berlayar sepanjang pantai Arabi dan India, singgah di Italia dan menjual barang dagangan yang mewah yang tidak diproduksi oleh Eropa. Buku Pacioli di dasarkan pada tulisan Leonard of Piza, orang Eropa pertama yang menerjemahkan buku Algebra (pada saat itu ditulis dalam bahasa Arab), yang berisikan dasar-dasar mengenai bookkeeping. Bookkeeping sebenarnya telah dipraktekkan pertama kali oleh para pedagang dan berasal dari Mesir.   Pada   akhir   abad   XV,   Eropa   mengalami   standstill   dan   tidak   dapat ditemukan adanya kemajuan yang berarti dalam metode akuntansi.              Istilah    Zornal    (sekarang   journal)    telah    lebih    dahulu    digunakan    oleh kekhalifahan Islam dengan Istilah Jaridah untuk buku catatan keuangan. Double entry   yang   ditulis   oleh   Pacioli,   telah   lama   dipraktekkan   dalam   pemerintahan Islam. Dari runtutan penjelasan di atas, jelaslah bahwa akuntansi d

Riba dalam Perspektif non-Muslim

                 Meskipun istilah riba disebut di dalam Al-Qur’an, namun istilah tersebut tidak terdapat penjelasan secara detail dalam praktik Rasulullah SAW. Hal ini didasarkan atas dua alasan. Pertama, bahwa ayat yang berkaitan dengan riba diturunkan pada akhir kehidupan Rasulullah SAW sehingga tidak banyak contoh kasus orang-orang yang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang istilah tersebut. Kedua, riba merupakan istilah yang telah mapan dan terkenal pada saat pewahyuannya dan karena itu Rasulullah tidak merasa adanya kebutuhan akan penjelasan atau elaborasi lebih lanjut. Secara literal, riba merupakan istilah dalam bahasa Arab yang berarti kelebihan, tambahan. Kata kerja yang berkaitan dengan kata ini berarti; meningkatkan, melipatgandakan, melebihkan, mengambil lebih dari yang seharusnya, atau melakukan praktik peminjaman uang dengan tingkat bunga tinggi. Menurut Lane, istilah riba bermakna:             “meningkatkan, memperbesar, menambah, tambahan terlarang, menghasil