Langsung ke konten utama

Pelantikan dan Rapat Kerja Punggawa Progresif, KSEI 2016

Semarang-Kamis, 25 Februari 2016. Barrakallah wa innalillah, KSEI FE Unnes telah usai melaksanakan Pelantikan untuk 48 Fungsionaris baru serta Rapat Kerja untuk periode 2016/1437H. Bertempat di Gedung C3-224 FE Unnes, mulai pukul 08.30 sampai dengan selesai pukul 16.30 WIB. Pelantikan dan Raker tersebut dihadiri oleh fungsionaris, Pembina dan Majelis Pertimbangan Organisasi (MPO) KSEI 2016, para alumni, serta tamu undangan  dari perwakilan LK dan BSO se-FE.
       Pelantikan dan Raker kali ini mengusung tema “Satukan Asa, Gelorakan Karya, Wujudkan Prestasi Nyata”. Sebuah tema yang sengaja diangkat untuk memberikan warna dan semangat baru bagi para punggawa KSEI, yang harapannya dapat mengonsep KSEI ke dalam dakwah prestatif yang kreatif dan mampu menghasilkan karya-karya yang bermanfaat bagi ummat.
       Acara Pelantikan dan Raker dimulai dengan Pembukaan, Pembacaan Kalamullah, Menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya dilanjutkan Mars Ekonom Rabbani, Sambutan-sambutan, Pelantikan, Pemaparan Program Kerja masing-masing Departemen (Raker), serta diakhiri dengan Do’a dan Penutup. Sedikit berbeda dari Pelantikan sebelumnya -yang secara langsung Wakil Dekan III yang melantik-  kali ini ke-48 fungsionaris baru dilantik oleh Pembina KSEI, Bapak Hasan Mukhibad S.E., M.Si. namun hal tersebut tidak mengurangi kesakralan pelantikan. Suasana paling haru ketika Bapak Hasan membacakan naskah pelantikan, sedang para fungsionaris meletakkan tangan di jantungnya sebagai bukti, bahwa selama jantung berdetak, akan senantiasa ingat dan menjalankan tugas dan kewajiban kepada Allah SWT.
       Kemudian, beliau mengajukan beberapa pertanyaan, yakni Pertama, tentang kesediaan para punggawa KSEI untuk dilantik sebagai fungsionaris KSEI Unnes, dan kedua, tentang kesediaan menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah menjadi landasan dan mengamalkan keduanya dalam kehidupan sehari-hari. Dilanjutkan pengucapan ikrar oleh Bapak Hasan yang diikuti oleh semua fungsionaris.
     Dalam sambutannya yang pertama kali, president KSEI FE Unnes 2016, akhina Triyanto menyampaikan mengenai urgensitas ekonomi Islam di era sekarang, serta mengenang kejayaan ekonomi Islam masa lampau. Beliau meyakini bahwa punggawa KSEI merupakan bagian kecil dari sekian pejuang yang seharusnya kokoh dalam memperjuangkan tegaknya Ekonomi Islam di muka bumi yang di masa-masa ini kian menggeliat (meski diwarnai dengan pro-kontra), dan di sisi lain masih terdapat budaya-budaya yang kurang mengindahkan esensi dari Ekonomi Islam. Semangat yang diusung KSEI tahun ini adalah PROGRESIF, dimaksudkan kerja-kerja yang dilakukan nantinya membawa percepatan dakwah ekonomi Islam, yang tak melupakan kajian ilmiah yang kritis dan solutif.
       Di samping itu, pada sesi sambutan pula Bapak Hasan menyampaikan kepada para terlantik. Terdapat beberapa point yang dapat digarisbawahi, bahwa Pelantikan kali ini bisa jadi menjadikan ladang amal dan ladang pahala baru, tetapi sekaligus menjadi musibah besar bagi para terlantik. Mengapa demikian? Sebab pelantikan merupakan suatu tanda di mana amanah baru teremban di pundak, sehingga bagi sesiapa yang melaksanakannya dengan baik, akan menghasilkan kebaikan-kebaikan berlipat ganda untuk dirinya dan orang lain. Sedangkan, ketika amanah-amanah tersebut dilalaikan, maka musibah besar menghadang, sebab pada hakikatnya tugas manusia adalah saling amar ma’ruf nahi munkar. Di akhir kalam beliau berpesan, “Di dalam ketetapan hukum Allah terdapat irrasionalitas yang bisa jadi tak mampu ditangkap oleh rasionalitas manusia biasa. Ketika ia menginfakkan, menzakatkan, men-sedekahkan hartanya di jalan Allah, maka secara logika hartanya berkurang. Namun, Allah telah menjanjikan kebaikan yang berlipat 700 kali setelahnya. Jadi, jangan ragu untuk ber-ekonomi syariah sebab akan memperoleh multieffects yang Allah berikan.”
       Maka, izinkan para ekonom Rabbani tetap tegar dan bertebar di muka bumi, berkembang, meluas, memberantas ketidakadilan, kemiskinan dan kebathilan. Sebab YAKINLAH EKONOMI ISLAM KAN JAYA....!!!!!

Ekonom Rabbani, bisa...!!
KSEI 2016, Progresif...!!

 pelantikan
punggawa KSEI 48, progresif!
ikrar



sw

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENDEKATAN DALAM MENGEMBANGKAN AKUNTANSI SYARIAH

PENDEKATAN DALAM MENGEMBANGKAN AKUNTANSI SYARIAH Pendekatan Induktif Berbasis Akuntansi Kontemporer Pendekatan   ini   biasa   disingkat   dengan   pendekatan      induktif,      yang dipelopori   oleh   AAOIFI   (Accounting   and   Auditing   Organization   for   Islamic Financial Institution). Pendekatan ini menggunakan tujuan akuntansi keuangan Barat yang sesuai dengan organisasi bisnis Islam dan mengeluarkan bagian yang bertentangan dengan ketentuan syariah. Argumen yang mendukung pendekatan ini menyatakan bahwa pendekatan ini dapat diterapkan dan relevan dengan intitusi yang   memerlukannya.   Selain   itu,   pendekatan   ini   sesuai   dengan   prinsip   ibaha (boleh)   yang   menyatakan   bahwa   segala   sesuatu   yang   terkait   dalam   bidang muamalah boleh dilakukan sepanjang tidak ada larangan yang menyatakannya. Adapun argumen yang menentang pendekatan ini menyatakan bahwa ini tidak bisa diterapkan pada masyarakat   yang kehidupannya wajib berlandaskan pada wahyu

HUBUNGAN PERADABAN ISLAM DENGAN BUKU PACIOLI

HUBUNGAN PERADABAN ISLAM DENGAN BUKU PACIOLI Sejak abad VIII, Bangsa Arab berlayar sepanjang pantai Arabi dan India, singgah di Italia dan menjual barang dagangan yang mewah yang tidak diproduksi oleh Eropa. Buku Pacioli di dasarkan pada tulisan Leonard of Piza, orang Eropa pertama yang menerjemahkan buku Algebra (pada saat itu ditulis dalam bahasa Arab), yang berisikan dasar-dasar mengenai bookkeeping. Bookkeeping sebenarnya telah dipraktekkan pertama kali oleh para pedagang dan berasal dari Mesir.   Pada   akhir   abad   XV,   Eropa   mengalami   standstill   dan   tidak   dapat ditemukan adanya kemajuan yang berarti dalam metode akuntansi.              Istilah    Zornal    (sekarang   journal)    telah    lebih    dahulu    digunakan    oleh kekhalifahan Islam dengan Istilah Jaridah untuk buku catatan keuangan. Double entry   yang   ditulis   oleh   Pacioli,   telah   lama   dipraktekkan   dalam   pemerintahan Islam. Dari runtutan penjelasan di atas, jelaslah bahwa akuntansi d

Riba dalam Perspektif non-Muslim

                 Meskipun istilah riba disebut di dalam Al-Qur’an, namun istilah tersebut tidak terdapat penjelasan secara detail dalam praktik Rasulullah SAW. Hal ini didasarkan atas dua alasan. Pertama, bahwa ayat yang berkaitan dengan riba diturunkan pada akhir kehidupan Rasulullah SAW sehingga tidak banyak contoh kasus orang-orang yang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang istilah tersebut. Kedua, riba merupakan istilah yang telah mapan dan terkenal pada saat pewahyuannya dan karena itu Rasulullah tidak merasa adanya kebutuhan akan penjelasan atau elaborasi lebih lanjut. Secara literal, riba merupakan istilah dalam bahasa Arab yang berarti kelebihan, tambahan. Kata kerja yang berkaitan dengan kata ini berarti; meningkatkan, melipatgandakan, melebihkan, mengambil lebih dari yang seharusnya, atau melakukan praktik peminjaman uang dengan tingkat bunga tinggi. Menurut Lane, istilah riba bermakna:             “meningkatkan, memperbesar, menambah, tambahan terlarang, menghasil